Rahim Pengganti

Bab 29 "Rasa Khawatir"



Bab 29 "Rasa Khawatir"

0Bab 29     

Rasa Khawatir     

"Hallo."     

"Hallo. Mbak Siska maaf menganggu waktunya, saya sudah mencoba menghubungi Ibu Carissa tapi tidak di jawab, sehingga saya menghubungi anda atas arahan Bi Susi ...,"     

"Terus ada apa? Gak usah berbelit ngomong, langsung ke intinya aja," potong Siska.     

"Saya hanya mau bilang, Pak Bian masuk rumah sakit."     

"Hah? Apa kok bisa?"     

Aldi menjelaskan semuanya, melihat ekspresi wajah Siska berubah membuat Carissa menatap ke arah adik iparnya itu. Sambungan telpon tersebut terputus, Carissa langsung meminta penjelasan kepada Siska.     

"Ada apa?" tanya Caca.     

"Mas Bian Mbak ... Mas Bian, Mas Bian kecelakaan," ucap Siska.     

Deg     

Deg     

Deg     

Jantung Carissa rasanya ingin lepas saat ini juga mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Siska. Tubuh Carissa rasanya tidak bisa bergerak lagi, mendengar ucapan tersebut membuat wanita itu takut, ya Carissa takut sesuatu hal yang serius terjadi kepada suaminya. Membayangkan hal tersebut saja membuat Carissa tidak sanggup.     

Melihat sang kakak ipar yang terlihat jelas rasa khawatirnya membuat Siska mengenggam tangan Carissa.     

"Mas Bian akan baik baik aja Mbak. Kita harus percaya akan hal itu," ujar Siska. Carissa sudah tidak tahu harus bersikap seperti apa. Wanita itu saat ini ingin segera bertemu dengan suaminya, melihat bagaimana kondisi Bian.     

Siska dan Carissa segera pergi dari restoran tersebut, menuju ke tempat parkir, dengan tergesa gesa. Saat ini hal yang ingin dilakukan oleh Carissa adalah cepat sampai di tujuan dan melihag bagaimana keadaan sang suami.     

"Mas Bian kuat Mbak. Dia pasti akan baik baik saja."     

Ucapan itu selalu diucapkan oleh Siska untuk Caca. Gadis itu juga khawatir sangat khawatir dengan kondisi Bian. Namun, dirinya ikut panik tidak ada yang mencoba menenangkan Carissa, apa lagi kakak ipar nya itu baru saja tahu tentang sesuatu hal yang begitu menyakitkan.     

Sepanjang jalan, Carissa hanya diam wanita itu terus berdoa supaya semua hal yang terjadi pada suami nya tidak ada hal serius. Semuanya berjalan dengan baik, lantunan doa selalu Caca panjatkan untuk ke sembuhan suaminya.     

Dua puluh lima menit mobil yang dikendarai oleh Siska terparkir dengan baik di sana. Segera kedua nya, berjalan menuju rumah sakit.     

"Kita tanya informasi dulu mbak," ucap Siska. Carissa mengikuti adiknya itu, setelah mendapatkan di mana ruangan Bian. Kedua nya segera masuk ke dalam sana, saat pintu ruangan terbuka. Langkah kaki Carissa yang terburu buru tadi segera terhenti begitu saja ketika melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit.     

Di sana ada Della yang sedang membantu Bian dudik, di dalam ruangan ini bukan hanya ada Aldi tapi juga Aiden dan Della. Tatapan tajam, Siska kepada Della terlihat jelas.     

"Mas Bian kenapa bisa kayak gini?" tanya Siska.     

Bian hanya tersenyum, melihat raut khawatir di wajah adiknya itu. Pria itu menceritakan semuanya, bahwa dirinya tidak sengaja menabrak pembatas jalan. Mendengar hal itu membuat Siska terus mengomel, sedangkan Carissa hanya bisa berdiri di dekat pintu.     

Rasanya kaki Carissa saat ini, tidak bisa berjalan dengan baik. Wanita itu hanya bisa menatap mereka semua. Aiden yang ada di sana hanya menatap Carissa dengan tatapan dingin. Pria itu duduk di sofa seorang diri, sedangkan Aldi berdiri tidak jauh dari Carissa.     

***     

Carissa menunggu Siska yang masih ada di dalam kamar rawat Bian. Suara pintu kamar terbuka, di sana ada Della yang keluar.     

Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, Della tersenyum mengejek ke arah Carissa. Wanita itu lalu pergi dari tempat tersebut, tak lama di susul oleh Aiden. Melihat hal itu, pikiran Carissa menuju ke arah cerita Siska tadi.     

Helaan napas berat terdengar jelas, sampai detik ini Bian belum mengucapkan satu kata pun kepada nya. Suaminya itu seolah lupa akan dirinya, padahal tatapan mata kedua nya sempat saling bertemu satu dengan lainnya namun, tetap saja Bian mengacuhkan Carissa.     

Saat Carissa akan beranjak dari tempat tersebut, Aldi asisten pribadi Bian memanggilnya.     

"Ibu Carissa di minta bapak untuk masuk ke dalam," ucap Aldi. Carissa terdiam, wanita itu masih menatap ke arah Aldi seorang tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh pria tersebut. Namun, akhirnya Caca pun masuk.     

Hal pertama yang dirinya lihat adalah sang suami menatap ke arah, begitu juga dengan Siska senyum di bibir wanita itu tercetak dengan jelas.     

"Kenapa Mbak di luar sih, harusnya Mbak di sini aja," ucap Siska.     

"Mungkin dia tidak suka di sini," sahut Bian dengan nada dingin.     

Carissa yang ingin menjawab pertanyaan dari Siska pun tidak jadi ketika mendengar ucapan tersebut keluar dari mulut suaminya. Entah kenapa suaminya itu bisa mengatakan hal seperti itu.     

"Mas Bian!! Kenapa ngomong kayak itu. Mbak Caca itu beda kayak istri Mas yang hobby cari pencitraan itu," ucap Siska kesal.     

"Jaga ucapan kamu Siska. Dia itu kakak ipar kamu, tidak boleh kamu berkata seperti itu," tegur Bian.     

"Terserah. Aku gak suka sama Mas Bian. Kenapa? Ada apa sehingga Mas bersikap seperti ini," ucap Siska.     

Bian juga tidak mengerti dirinya kenapa bisa bersikap seperti itu kepada Carissa. Hanya karena tadi saat pingsan dirinya melihay Della untuk pertama kalinya, dan bukan Carissa. Di tambah lagi dengan Carissa seolah tidak mau berada di dekatnya dengan lebih memilih duduk di luar, hal itu membuat Bian semakin kesal dan rasany ingin marah.     

Carissa yang ada di sana hanya bisa terdiam, dirinya bingung harus bersikap seperti apa saat ini.     

"Mbak aku pamit dulu, nanti Mama malahan khawatir kalau aku gak pulang. Sekarang juga udah mulai malam, nanti pakaian Mbak Caca biar di ambilkan sama Mas Aldi," ucap Siska.     

"Gak usah repot repot Siska. Aku gak masalah pakai ini kok," jawabnya.     

"Mas Aldi mau kan ambilkan pakaian Mas Bian dan Mbak Caca. Nanti saya hubungi bi Sumi atau bi Susi untuk menyiapkannya, jadi Mas hanya tinggal mengambilnya saja," ucap Siskam wanita itu bukannya menjawab perkataan Carissa malahan berbicara dengan Aldi.     

Aldi hanya mengangukkan kepalanya, setelah itu keduanya pamit untuk urusan mereka masing masing. Carissa bingung harus bersikap seperti apa, dirinya masih berdiri di dekat sang suami.     

Lima menit keduanya saling terdiam satu dengan lainnya tanpa ada sedikit pun, kalian atau pun perkataan yang terucap dari keduanya. Hingga akhirnya Bian mengakhiri diamnya.     

"Tolong bantu ke kamar mandi," ujar Bian. Carissa segera beranjak dari tempatnya membantu suaminya itu. Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, terlihat jelas tatapan yang saling merindukan satu dengan lainnya.     

Bian tidak bisa menutupi jika dirinya juga rindu dengan kedekatan mereka. Pernikahan keduanya sudah berjalan dua bulan, dan sering kali ada sedikit cekcok yang membuat mereka menjadi ringgang.     

"Hati hati Mas," ucap Carissa dengan nada lembut. Mendengar hal itu semakin membuat, Bian tidak bisa menahan senyumnya. Istrinya itu memang berbeda, Carissa dan Della dua orang yang sangat berbeda satu dengan lainnya.     

Perbedaan ini lah yang membuat Bian semakin, bimbang dengan apa yang dirasakan oleh hatinya.     

###     

Hallo selamat membaca ya. Semoga kalian selalu suka, terima kasih buat batu kuasanya jangan lupa untuk selalu review yaaa. Love you guys, sehat terus buat kalian semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.